I. Pendahuluan
Pada penyakit jantung koroner tipe STEMI salah satu tindakan yang banyak dikerjakan adalah Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Pada tindakan ini dokter jantung akan memasukan sebuah kateter karet (tube) yang kecil dan tipis, melalui pembuluh darah di lengan atau paha, dan menempatkan kateter tersebut sampai ke pembuluh darah koroner yang tersumbat. Pada ujung kateter tersebut terdapat balon yang dilapisi oleh stent. Stent atau yang lebih dikenal dengan ring adalah sebuah tabung kawat berbentuk jala. Balon kemudian dikembangkan (inflate) dimana stent akan ikut terbuka, balon dikempiskan dan ditarik keluar bersama kateter, meninggalkan stent yang mempertahankan aliran darah pada pembuluh koroner jantung yang sebelumnya mengalami sumbatan. Pada artikel ini kita akan mengenal lebih dekat mengenai stent jantung.
.png)
Gambar 1. Proses penggunaan stent pada pembuluh darah koroner
II. Sejarah dan Jenis-Jenis Stent
Pada akhir tahun 1970an, dokter-dokter jantung mulai menggunakan tindakan balloon angioplasty untuk mengobati penyempitan pembuluh darah koroner. Pada saat itu yang digunakan untuk membuka sumbatan aliran dan mengembalikan aliran darah hanya balon, dimana kemudian balon akan dikempiskan dan akan dikeluarkan bersama dengan kateter.

Gambar 2. Balloon Angioplasty
Pasca tindakan tersebut ternyata terdapat persentase kecil pada kasus dimana pembuluh darah koroner kembali ke bentuk semula bahkan kolaps setelah balon dikempiskan. Selain itu terdapat 30% kasus dimana pembuluh darah koroner yang sudah ditatalaksana dengan balloon angioplasty mengalami penyempitan kembali (restenosis).

Gambar 3. Restenosis pasca balloon angioplasty
Untuk menyelesaikan masalah ini, kemudian dikembangkan sebuah stent kecil. Ketika prosedur tindakan, stent akan akan berekspansi ketika balon dikembangkan, terkunci pada tempatnya, dan berperan sebagai penahan pembuluh darah koroner agar tetap terbuka, bahkan saat balon dikempiskan dan dikeluarkan.
Pada tahun 1986, peneliti-peneliti dari Perancis, mengimplantasi stent pertama pada pembuluh darah koroner manusia. Pada tahun 1994, FDA menyetujui penggunaan stent pertama di Amerika Serikat.
Generasi pertama stent dibuat dari bahan bare metal. Walaupun bare-metal stents mampu mengeliminasi risiko kolapsnya pembuluh darah koroner, namun kurang mampu mencegah restenosis. Kira-kira 25% dari pembuluh darah koroner yang diobati dengan bare-metal stents kembali mengalami penyempitan, biasanya dalam waktu 6 bulan.

Gambar 4. Bare-metal stent
Oleh karena itu mulai dikembangkan stent yang dilapisi dengan obat yang mampu menghambat proses restenosis. Jenis stent ini disebut sebagai drug-eluting stents. Drug-eluting stents terbukti secara dramatis mengurangi kejadian restenosis sampai dibawah 10%.

Gambar 5. Drug-eluting stent
Disamping kelebihan-kelebihannya, terdapat sebuah pemikiran bahwa drug-eluting stents berhubungan dengan sebuah komplikasi yang jarang namun serius, yaitu late in-stent thrombosis, dimana bekuan darah terbentuk di dalam stent setelah satu tahun atau lebih waktu pemasangan.

Gambar 6. Komplikasi yang mungkin timbul dari kedua jenis stent
Karena komplikasi ini dapat bersifat fatal, maka sangat penting pasien dengan drug-eluting stent untuk tetap mengkonsumsi obat-obatan penghambat trombus seperti aspirin dan clopidorel sesuai yang diresepkan dokter pada saat kontrol dan tidak menghentikan penggunaannya tanpa seizin dokter.